Senin, 13 Juni 2016

Perbedaan Perkutut Bangkok dan Lokal

Perbedaan Perkutut Bangkok dan Lokal


Dahulu kala, lomba (kontes) perkutut di dominasi oleh perkutut lokal. Hingga suatu ketika mulai bulan Mei 1980, ada larangan dari Menteri Negara Urusan KLH, yang pada waktu itu di jabat Emil Salim, yang intinya tidak diijinkannya adanya kontes burung yang bukan dari hasil ternak demi menjaga kelestarian alam Indonesia. Karena pada masa tersebut belum banyak perkutut lokal yang bisa diternak. Indonesia lalu kedatangan perkutut asal Thailand (biasa di sebut bangkok).

perkutut bangkokPerkutut juga sebenarnya bukanlah burung yang hanya ada di Indonesia saja. Burung yang mempunyai bahasa ilmiah Geopelia striata ini sebenarnya tersebar mulai dari Thailand Selatan, Tenasserim, Semenanjung Malaysia dan Singapura hingga kepulauan di Indonesia dari Sumatera dan Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di Filipina.
Perkutut juga merupakan salah satu burung yang jumlahnya paling melimpah di beberapa tempat seperti Hawaii dan Seychelles. Sumber perkutut-sby.com

Kelebihan perkutut bangkok

Perkutut asal Thailand ini memiliki beberapa kelebihan jika di banding dengan perkutut lokal. Kelebihan perkutut bangkok antara lain lebih besar suaranya, juga bermental kuat sehingga lebih tangguh dan mudah beradaptasi ketika di lombakan.
Karena sebab itulah perkutut asal Thailand (bangkok) pun terangkat dan mulai merajai gelanggang kongkrus di Indonesia.
Dan sudah tidak bisa di pungkiri lagi bahwa perkutut juara (setidaknya 20 puluh tahun belakangan ini) pasti merupakan perkutut bangkok (setidaknya keturunan murni dan bukan silangan dengan perkutut lokal). Tidak masalah bahwa burung tersebut adalah perkutut import kelahiran asli thailand maupun produk peternak lokal yang sesungguhnya merupakan hasil ternakan dari indukan perkutut bangkok.
Yang jelas jika kita bicara tentang perkutut lokal menjadi juara adalah hal yang mustahil terjadi. Yang saya maksud sebagai perkutut lokal disini adalah perkutut asli indonesia yang belum ada campuran darah dengan perkutut bangkok seperti perkutut hasil tangkapan hutan.

Persepsi pengertian perkutut bangkok dan perkutut lokal yang rancu

Saat ini sering terjadi perbedaan pendapat mengenai perkutut lokal, yaitu apakah yang di maksud perkutut lokal adalah perkutut asli indonesia atau perkutut hasil ternakan indonesia. Hal ini sangat rancu jika di bahas secara sekilas saja. Namun menurut saya yang di maksud perkutut bangkok adalah perkutut yang merupakan hasil budidaya di bangkok dan termasuk keturunannya kebawah meskipun merupakan kelahiran indonesia selama belum di kawin silang dengan perkutut asli Indonesia.
Sebagai contoh kandang terminal TP 666 (ternakan surabaya) adalah merupakan anakan dari KPP 13 dan KPP 84. KPP adalah burung import bangkok, jadi anaknya adalah perkutut bangkok namun merupakan produk peternak lokal. Meskipun tidak bisa di pungkiri bahwa ada saja kung mania yang merasa bahwa TP 666 adalah perkutut lokal mungkin karena saking cintanya dengan negeri ini.
Namun begitu kita harus sadar bahwa IGUANA tetap harus bernama IGUNA dan walaupun di ternak di Indonesia tidak serta merta berganti nama menjadi BUNGLON atau KADAL.
Sebagai contoh lagi untuk seekor perkutut dengan ring MMC N2 (ternakan thailand selatan) adalah merupakan anak dari TPP T9 (ring Thailand) dan TP 222 (ring ternakan Indonesia). Apakah akan kita sebut sebagai perkutut silangan lokal padalah TP 222 indukannya keatas adalah burung asal Thailand (bangkok)?
Dulu TP 666 banyak di eksport dan di pakai sebagai indukan di kandang-kandang peternak top di thailand seperti MLT. Misalkan TP 666 yang dibeli orang thailand di jodohkan dengan TP 222 yang notabene keduanya adalah perkutut produk surabaya lalu anaknya lahir di thailand bergelang MLT, apakah anak perkutut tersebut di sebutperkutut bangkok atau perkutut lokal ?
Kandang MLT 2 dulupun sempat bermaterikan MLT 1 dan TP 666, apakah anaknya akan di sebut perkutut silangan padahal keduanya membawa gen perkutut thailand 100% ?
Dan akankah lele bangkok, jambu bangkok, pepaya bangkok jika sudah di budidaya di indonesia di sebut sebagai lele lokal, jambu lokal dan pepaya lokal padahal kualitas dan ukurannya sangat berbeda jauh dengan lele kali, jambu biji dan pepaya asli indonesia ?
Jangan samakan perkutut hutan indonesia dengan perkutut turunan bangkok yang lahir di indonesia dalam satu istilah “perkutut lokal” karena kedua jenis tersebut sudah sangat berbeda secara fisik dan kualitasnya. Sebutlah dengan istilah perkutut lokal untuk perkutut asli tangkapan hutan.
Dan saya yakin 99% perkutut yang beredar di pasar (yang menggunakan ring kaki) adalah perkutut keturunan bangkok dan bukan perkutut murni keturunan perkutut hutan indonesia, dengan darah yang mengalir adalah murni keturunan perkutut dari hutan indonesia yang di rekayasa secara genetis oleh ahli ternak indonesia dan mampu bersuara besar seperti perkutut bangkok (thailand) dan postur tubuh menjadi besar seperti perkutut bangkok.
Untuk itu saya rasa perkutut ternakan indonesia (jika merupakan keturuan perkutut bangkok) janganlah di sebut sebagai perkutut lokal (apalagi jika bapak, ibu hingga nenek kakeknya burung import). Mereka tetap harus di sebut perkutut bangkok.

Perbedaan fisik perkutut lokal dengan perkutut bangkok

Berikut adalah perbedaan fisik secara umum pada kedua jenis perkutut tersebut.
  1. Tubuh perkutut lokal cenderung kecil dan pendek sedangkan pada perkutut bangkok umumnya tubuh lebih besar dan panjang. Bahkan dalam beberapa kasus (terutama perkutut import trah2 yang sedang trend saat ini spt ring MLT, CC, DLK) perbedaan ukuran tubuh itu akan nampak sangat mencolok.
  2. Suara perkutut lokal lebih kecil (cempreng/nyempling) sedangkan perkutut bangkok suaranya lebih besar (ngebass). Barangkali bisa di ibaratkan jika kita mendengarkan suara radio jaman dulu (utk perkutut lokal) di bandingkan dengan stereo set modern yang di lengkapi dengan sub woofer (perkutut import terutama trah CC, MLT, DLK dll).
Sebagai ilustrasi tambahan, di Thailand lomba perkutu di bagi menjadi 3 kelas. Yaitu kelas A (suara sangat besar), kelas B (suara besar) dan kelas C (suara kecil). Nah suara perkutut lokal asli Indonesia saya kira masih belum bisa menyamai volume suara perkutut kelas C Thailand. Padahal kelas C adalah kelas yang paling kecil suaranya di Thailand. Sumber perkutut-sby.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar